Pencak silat adalah warisan bangsa Indonesia yang memiliki nilai historis yang berharga. pencak silat diciptakan oleh karena kerasnya kehidupan bangsa indonesia pada masa lampau, ditambah dengan hadirnya para penjajah membuat nenek moyang kita berfikir keras bagaimana caranya melawan para penjajah yang memiliki teknologi lengkap dan berbadan besar pada masa dulu.
Sebagian besar pencak silat diciptakan meniru gerakan seekor hewan, seperti Harimau, Monyet, Ular dan lainya. bahkan menurut Mitos, ada Pencak Silat yang diciptakan berdasarkan pengalaman Spritual seseorang atau mendapatkan guru gaib.
pencak silat selama ini diketahui sebagian besar dipengaruhi oleh budaya Islam, Banyak ajaran, Rapalan yang menggunakan Ayat Suci Al-Quran dalam pengajarannya, namun tahu kan anda. bahwa ada sebuah aliran pencak Silat yang berdasarkan ajaran Gereja Katolik? Pencak silat ini dinamakan THS-THM ( Tunggal Hati Seminari-Tunggal Hati Maria ) anda tentu penasaran dengan aliran ini, berikut kita bahas bersama.
Pada tahun 1983, Seminari Menengah Mertoyudan , Magelang,
Jawa Tengah, mengundang seorang frater untuk mengajar. Hal tersebut biasa saja,
yang agak aneh adalah frater tersebut diminta untuk mengajar pencak silat.
Tentu saja seminari sudah memikirkan "Mengapa Pencak Silat ?".
Ternyata dalam "penggodogan" pendidikan calon imam di seminari
ditanamkan pula rasa cinta akan tanah air, rasa hormat serta tanggung jawab
akan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia tercinta, dan sekaligus mengakar pada
iman akan wafat dan kebangkitan-Nya.
Latihan bela diri pencak silat dimulai. Para seminaris yang
ikut latihan pertama kali berjumlah 73 orang. Tetapi konyolnya, frater tersebut
hanya bisa mengajar bela diri sekali sebulan saja. Secara teoritis tidak
mungkin mengajarkan bela diri hanya 2 jam saja dalam 1 bulan. Dilain pihak,
sebagai calon imam yang dididik untuk memecahkan persoalan, maka latihan bela
diri itupun tetap berjalan walaupun terseok-seok. Apa akibatnya ? Banyak
seminaris yang mengundurkan diri, tidak mau lagi mengikuti latihan pencak silat
ini.
Memasuki tahun 1984, seminaris yang tetap bertahan mengikuti
latihan pencak silat ini tinggal 11 orang. Mulailah diadakan peningkatan
latihan beladiri yang lebih berat lagi. Dilaksanakan di Kaliurang, lereng
Gunung Merapi, Jawa Tengah, didampingi oleh seorang dokter dan seorang
psikolog. Akhirnya latihan tersebut mencapai tahap akhir, berlangsung di pantai
Parangtritis, Yogyakarta. Disinilah tercipta jurus-jurus otentik Seminari yang
dibuat oleh para seminaris dan frater yang masih muda usia, miskin pengalaman,
namun memiliki kebulatan tekad mau berbakti bagi seminari, mau berkorban demi
iman dan cinta nan suci pada Ibu Pertiwi. Dari sini muncullah gagasan bersama
"Ide menguak masa depan". Beladiri sebagai sarana kerasulan.
Dewan Pendiri dan Motto Perjuangan
Ide menguak masa depan disepakati. Bela diri akan dijadikan
sebagai alat kerasulan. Berdirilah Dewan Pendiri, yaitu suatu dewan yang
beranggotakan para perintis dan pendiri serta pemrakarsa bentuk-bentuk
idealisme kegiatan THS-THM. Mereka terdiri dari sebelas pria berikut ini :
Rm. M. Hadiwijoyo, Pr. (bebas tugas, Jakarta); Dr. RMS
Haripurnomo Kushadiwijaya (Yogyakarta); St. Adi Satriyo Nugroho, SPd. (Timor
Timur); YB. Prasetyo Yudono, MSBA. (Jakarta); Brigjen TNI (Purn) Ign. Imam
Kuseno Miharjo (Jakarta); Y. Lilik S. Dwijosusanto, SPd. (Yogyakarta);
Benediktus Wiharto, SH. (Bandung); Rm. AG. Luhur Prihadi, Pr.
(Pematangsiantar); Rm. R. Heru Subyakto, Pr. (Magelang); Drs. Petrus Agus Salim
(Jakarta); A. Bambang Wahjudi, SP. (Muntilan)
bersama dengan empat wanita berikut ini :
Dra. MM. Emmy Putraningrum (Yogyakarta); Ibu Imam Kuseno
Miharjo (Jakarta); Dra. C. Wahyu Dramastuti (Jakarta); M. Sri Selastiningsih,
SE. (Jakarta).
Dalam design yang diharapkan sebenarnya akan ada anggota pria
dan wanita masing-masing dua belas orang dalam Dewan Pendiri. Angka 12
diturunkan dari jumlah rasul Yesus. Setiap anggota Dewan Pendiri ditentukan
dengan pertimbangan seluruh anggota, tidak ada pemecatan terhadapnya, dapat
keluar atas permintaan sendiri atau karena tindakan yang jelas bertentangan
dengan azas pendirian organisasi Katolik THS-THM ini; seperti terjadi pada
mantan anggota Dewan Pendiri : Rm. J. Sandharma Akbar, Pr. (Bogor) yang telah
menjalankan kegiatan bertentangan dengan azas pendirian organisasi Katolik
THS-THM; serta dua anggota lain yang karena suatu keadaan telah mengundurkan
diri dengan baik dan tetap dikenang jasa dan kerjasamanya : Lettu (TNI) FP.
Krisdaryadi (Surabaya) dan Ning Suyanto (Yogyakarta). Untuk memelihara jumlah anggota
dewan suatu langkah penggantian dilakukan.
Sebagian anggota dewan telah terlebih dahulu mempersiapkan
kehadiran THS-THM sejak awal 1980-an : Frater Hadiwijaya, Dokter Haripurnomo
dan Psikolog Emmy Putraningrum, serta para siswa seminari Mertoyudan yaitu Adi,
Heru, Luhur, Lilik, Wiharto, Prasetyo dan Kris serta sejumlah murid seminari
Mertoyudan lain. Beberapa individu pernah diperbincangkan untuk menjadi anggota
dewan dan tidak diambil keputusan untuk menetapkannya.
Kemudian berkibarlah bendera Beladiri Pencak Silat Katolik
Tunggal Hati Seminari, dengan motto perjuangannya "Pro Patria et
Ecclesia" - Demi Bangsa dan Gereja. Adapun cara melaksanakan perjuangan
kerasulannya adalah "Fortiter in Re Suaviter in Modo" - Kokoh prinsip
pendiriannya namun luwes lembut cara mencapainya. Dengan kata lain, sikap yang
mau ditampakkan yaitu sikap berani, ulet dan rendah hati. Menghadapi kekerasan
dan kekasaran - Berani. Bertemu kebaikan dan kehalusan budi - itu yang dicari.
Semua tindakan dan kegiatan dipersembahkan hanya untuk kemuliaan kepada Tuhan.
Kedua frater ditahbiskan menjadi Imam, dipilih Tuhan untuk
pelayan umatnya. Realisasi ide beladiri Tunggal Hati Seminari dijadikan alat
kerasulan atau sarana pastoral menjadi kenyataan dalam wujud tindakan dan
kegiatan-kegiatan. Berkat rahmat Tuhan, kegiatan ini berkembang dan mulai
diterima oleh sekelompok muda-mudi Katolik St. Fransiskus Xaverius, Tanjung
Priok dan Salib Suci, Cilincing; serta direstui oleh Pastor Paroki Karl
Albrecht SJ. Angkatan pertama ini berjumlah 39 orang.
Saat para seminaris Mertoyudan liburan, organisasi THS
semakin dikembangkan oleh para seminaris sebagai panggilan. Mulailah THS ini
berkembang ke paroki-paroki yang lainnya, yaitu paroki St. Alfonsus, Pademangan
dan Santa Anna, Duren Sawit. Tidak ketinggalan sekolah-sekolah juga dimasuki,
yaitu SMP St. Fransiskus II, Cilincing; SMP Tarakanita I, II, III dan IV. THS
dikembangkan oleh beberapa Pastor, beberapa Suster, beberapa Frater, beberapa
orang tua, beberapa Seminaris dan sekelompok muda-mudi Katolik yang senang
untuk membina anak muda.
Pada tahun 1985, bertepatan dengan ditetapkannya sebagai
Tahun Pemuda Internasional, pada tanggal 10 November 1985 yang juga bertepatan
dengan hari Pahlawan, diresmikanlah di Gelanggang Remaja Jakarta Utara berdirinya
Organisasi Beladiri Pencak Silat Katolik Tunggal Hati Seminari. Syukur kepada
Tuhan, anggota yang tercatat berjumlah 223 orang.
Sejarah Tunggal Hati Maria (THM)
Awal tahun 1986, puteri-puteri Gereja tidak mau ketinggalan
untuk turut serta dalam kegiatan ini. Mereka ada di Paroki St. Fransiskus,
Tanjung Priok dan di SMP St. Fransiskus II, Kampung Ambon, yang segera disusul
puteri-puteri Paroki St. Anna, Duren Sawit. Pada tanggal 10 November 1986,
bertepatan dengan hari Pahlawan dan Hari Ulang Tahun THS yang pertama,
diresmikan pulalah Organisasi Beladiri Pencak Silat Katolik Tunggal Hati Maria
(THM) oleh Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Katolik Departemen Agama RI,
Bapak Ignatius Imam Kuseno Miharjo, dan direstui oleh Pastor Paroki Romo
Martinus Hadiwijoyo Pr. dan Pastor Purbo Tamtomo Pr. Bertempat di Gereja St.
Bonaventura, Pulomas, Jakarta Timur. Jumlah THS-THM sudah tercatat sebanyak 637
orang.
Komentar