Sejarah Kuntau '' Bangkui'' Kuntau Yang Meniru Kera.


Kuntau Bangkui Adalah Olahraga Pencak Silat yang berasal dan lahir dari suku dayak Ngaju. Beladiri ini sudah digunakan sejak masa Ngayau atau masa berburu kepala manusia. jadi bisa dikatakan bahwa beladiri kuntau ini bukan hanya di kategorikan sebagai olahraga saja, namun pada zaman dahulu digunakan sebagai media untuk berperang Orang-orang dayak di daerah Kalimantan Tengah tidak mengumpulkan kepala seperti kebiasaan beberapa sub suku dayak lain, namun mendapatkan satu kepala sebagai trophy ketika berperang adalah cara untuk menunjukan kejantanan dan kesiapan menikah. Karena setiap orang dayak pada masa lalu harus siap membela diri dari serangan para asang-kayau dari kampung atau sub suku lain yang kapan saja bisa menyerangnya. Oleh karena itu ada istilah “Mamut menteng” – orang yang mamut menteng bukan orang yang biasa dan berilmu, tetapi yang berani melawan para kayau atau bahkan bisa merantau ke daerah lain yang jauh dan kembali dengan selamat. Dan Silat Kuntau Bangkui digunakan untuk membela diri dari setiap serangan pemburu kepala ini.

sama seperti beladiri lainnya, Kuntau bangkui menggunakan semua anggota tubuh sebagai alat menyerang dang bertahan seperti gerakan tangan, bahu, tinju, telapak tangan, jemari, kaki, pergelangan kaki dan lutut. Sisi kaki dan tapak kaki digunakan secara sistematis dan teratur untuk menghindar dan menyerang.

kuntau bangkui ini memiliki sejarah yang unik, karena ilmu beladiri ini diciptakan bukan dari seorang pelatih manusia, melainkan dari pengalaman keras nya hidup suku dayak, berikut sejarah singkat terciptanya beladiri bangkui ini.

Sekitar abad ke-5,dikisahkan ada orang tua yang sedang berburu di lebatnya hutan Kalimantan Tengah, ditengah perburuannya itu ia bertemu dengan sekawanan monyet berekor pendek, dengan dada yang tebal dan bulu berwarna coklat kemerahan atau yang disebut dengan “bangkuis” – Beruk. Didorong oleh insting berburunya, orang tua ini melemparkan “lundju” – tombaknya ketengah-tengah kawanan monyet ini.

Monyet ini anehnya dapat mengantisipasi lemparan tombak ini dan dapat lolos dengan gerakan yang terencana. Penasaran dengan ini lalu pemburu ini melemparkan kembali tombak yang lain, lagi-lagi dengan gerakan yang pandai & lincah monyet ini dapat menghindar dari serangan tombaknya kemudia berlarian menyebar. Pemburu ini kebingungan dan kemudian melarikan diri.

Ketika melihat pemburu ini melarikan diri, para monyet kembali dengan semua kekuatan kawanannya untuk menyerang sang pemburu. Karena tombaknya sudah tidak ada, pemburu ini lalu mengambil mandaunya untuk menyerang, seperti sebelumnya dengan lincah dan cerdas monyet ini dapat menghindari setiap sabetan Mandau pemburu ini dan berkumpul di pepohonan.Kemudian orang tua ini mengambil “damek” – anak sumpit dari Telepnya (wadah anak sumpit), mencoba untuk menyumpit monyet ini, sekali lagi monyet-monyet ini dapat menghindarinya.

Singkat cerita orang tua ini kemudian memikirkan setiap gerakan bangkuis ini, bahwa monyet-monyet ini tidak hanya luar biasa gesit dan cepat, tetapi para mereka juga telah mengembangkan sistem pertahanan yang terencana, yaitu menghindar,menyerang, mundur dan menghindar. Ia menyadari bahwa setiap kali ia melarikan diri maka para monyet akan menyerang balik. Dari sinilah ia kemudian mengembangkan sistem bela diri yang memiliki filosopi yang sama dengan para bangkuis Kuntau Bangkaui adalah perpaduan seni dan olah tubuh. Kuntau bangkui mampu mengubah bobot tubuh dan mengatur tubuh sehingga mampu mengubah yang lemah menjadi kuat, yang gemuk menjadi tegap dan kekar.

nah itulah sejarah singkat terciptaknya kuntau bangkui pada zaman sekarang, kuntau bangkui tidak lagi digunakan sebagai alat untuk berburu kepala, namun kuntau bangkui telah dilestarikan sebagai warisan budaya yang harus di teruskan.

Sumber Refrensi ( https://folksofdayak.wordpress.com/2013/09/18/kuntau-bangkui/)











Komentar

Anonim mengatakan…
Bangga dengan budaya Dayak.
Anonim mengatakan…
Terima kasih